Social Icons

Minggu, 21 April 2019

Kritisnya Kisahku

Maafkan aku para pembaca yang mana pada saat ini, pada hari dimana hari peringatan R.A Kartini yang merupakan pahlawan pejuang wanita ku malah ingin membagikan cerita hidupku yang mungkin merupakan suatu cerita yang tidak ingin didengar. Tetapi saya bingung ingin berbaginya dengan siapa? Oleh sebab itu saya membagikannya didalam postingan blogger saya.

Tak ingin rasanya air mata ini mengalir dan menetes membasahi pipi. Tetapi apa dayaku, rasanya hati ini tidak bisa menahan untuk tidak meneteskan air mata ini. Perjuangan yang telah lama ku lalui bersama seseorang yang paling ku sayang sudah 4 tahun ini, mungkin hampir menuju 5 tahun berjalan saya lupa. Akhirnya pupus sudah semuanya karena perjalanan cinta yang tidak mendapatkan restu dari orang tuaku yang disebabkan oleh alasan-alasan yang tidak bisa ku ceritakan. Sakit sungguh sakit. Tapi memang kalau di fikir kadang ku berfikir apakah memang dia di keesokan harinya dapat menjadi imam yang baik, dan apakah dia bisa perduli juga dengan keluargaku. Karena antara aku dan dia merupakan anak satu-satunya dari masing-masing keluarga kami. 

Fikiran itu muncul dalam fikiranku karena semakin kesini semakin kurasakan memang dia tidak perduli dengan apa yang kurasakan. Okelah jika tentang prasaan atau apapun yang menurut dalam hubungan hal tersebut merupakan suatu hal kecil dia tidak perduli tidak apa, tapi jika ada hubungannya dengan keluarga apakah dia haru bersikap sedemikian rupa? Sungguh sakit dan sakit itu terasa di saat beberapa minggu lalu nenek saya meninggal sebelum itu dia ingin ketemu, awalnya ku menyanggupi hal tersebut setelah saya selesai sidang dan ku berniat ingin bertemu, tapi takdir berkata lain ku mendapat kabar dari keluargaku yang mana nenek ku kritis dan sudah tidak sadarkan diri yang hal tersebut nenek saya sudah rawat inap di Rumah Sakit selama 1 minggu. Setelah saya mendapatkan hal tersebut otomatis ku bergegas menuju Rumah Sakit dan dia sudah ku beritahu alasannya, Alhamdulillahnya aku sudah selesai maju sidang. Tapi nampaknya hal tersebut tidak membuat hatinya prihatin. Oke, hal tersebut ku anggap biasa dan maklumi jika dia mau marah, dan yang membuat saya kecewa pada malam harinya nenek saya meninggal dan aku tahu bahwa dia sudah mendengar kabar tersebut tapi memberikan ucapan sepatah katapun tidak, dan baru 1 minggu setelahnya ku mendengar bahwa ada slah satu sahabat saya bertanya kepadanya ".... apakah kamu sudah mendengar bahwa neneknya laili meninggal?" dan dengan santainya dia jawab "lhoh iya no? aku gak tau" padahal disaat itu saya tahu bahwa dia tahu karena dia merupakan tetangga desa saya dan saya pun membuat story WA dan dia sudah melihat. 

Beberapa hari berlalu dan saya merasakan sikapnya dingin, hal tersebut sudah tidak mengagetkanku karena hal tersebut sudah kurasakan sejak 2 - 3 bulan sebelum nenek saya meninggal. Saya rasa sikapnya itu terjadi karena dia mendapatkan pendapat dari keluarganya bahwa jika antara hubunganku dengannya selalu begini mending dia mencari yang lain, karena pada saat itu dia tau bahwa ibunya sakit. Yang membuat saya sakit lagi, dulu sudah pernah ku beritahu saat hubunganku dengannya baru mencapai 1 tahun. Bahkan saya selalu meminta putus darinya tapi dia tetap kekeh dan beralasan ini itu, dan sekarang dia baru sadar tetntang alasan yang dulu pernah ku ucapkan. Sakit rasanya. Oke lanjut cerita hari ini.

Dari beberapa hari dengan sikap dinginnya tanpa meberikan kabar sekarang dia bilang intinya minta putus. Saat sikapnya dingin kadang saya merasa tidak adil karena saat saya tidak memberi kabar dengannya dia marah, sedangkan saat saya memberi kabar, saya pamit kerja dan aktivitas lainnya dia hanya membaca dan gak ada kabar. Dan yang membuat saya sakit, di saat itu saya tahu bahwa dia tidak bisa memberikan kabar untukku tapi dia bisa chattingan atau bercanda dengan cewek lain. Saya tahu karena ada beberapa cewek yang bilang dengan ku, bahkan di saat itu dia terkesan care denga cewek itu. Tapi hal tersebut ku biarkan walaupun sejujurnya hatiku sunggu sakit. Ingin rasanya ku menangis tapi apalah daya, ku takut jika di tanya orang tuaku. 

Sebenarnya masih banyak lagi cerita dari perjalanan cintaku, tapi saya bingung mau nulis apa lagi. Saya hanya bisa bilang, sakit sungguh sakit. Bukan hanya sakit dengan sikapnya tapi dengan perlakuan kasarnya dan perlakuan lain-lainnya yang tidak bisa ku ceritakan. 

Terimakasih untuk kalian yang jika membaca tulisanku yang tidak penting ini. Dan saya mohon maaf sebesar-besarnya.